Sabtu, 08 Oktober 2011

SEJARAH: KERAJAAN BALI KUNO_(sma kelas XI)





GEOGRAFIS

Kerajaan Bali kuno terletak dipulau Bali yang berada di sebelah timur pulau jawa.
Kerajaan bali mempunyai hubungan sejarah yang erat dengan kerajaan-kerajaan dipulau jawa khususnya jawa timur (singasari dan majapahit).

KEHIDUPAN POLITIK

            Pada prasasti tertua diBali (tahun 882 M) memberitakanperintah membuat pertapaan & pasanggrahan di Bukit Kintamani, tetapi tidak disebutkan raja yang memerintah.
            Demikian juga prasasti berangka  tahun 911 M, yang isinya memberi izin kepada penduduk Desa Trunyaan membangun tempat suci bagi pemujaan Bhattara da Tonta
            Munculnya kerajaan bali  dapat diketahui melalui prasasti Blanjong (Sanur) yang berangka tahun 914 M yang ditulis dengan huruf Pranagari dan Kawi, sedangkan bahasanya ialah Bali Kuno dan Sanskerta.

RAJA-RAJA YANG MEMERINTAH DI KERAJAAN BALI :

         Raja Pertama ialah Kesari Warmadewa             yang bertakhta di Istana Singhadwala & merupakan raja yang mendirikan Dinasti  Warmadewa. Dua tahun            kemudian ia digantikan Ugrasena.
         Raja Ugrasena (915-942) bertakhta di Istana     singhamandawa & ia meninggalkan sembilan prasasti yang umumnya berisi pembebasan pajak untuk daerah-daerah tertentu.
         Raja ke-3 adalah Aji Tabanendra             Warmadewa (955-967) ia memerintah bersama permaisurinya yaitu Sri      Subadrika Dharmadewi.
         Raja ke-4 adalah Janasadhu Warmadewa (975-983).
         Tahun 983 muncul raja wanita yang bernama Sri Wijaya Mahadewi, yang kemudian digantikan oleh Udayana Warmadewa.
Udayana Warmadewa memerintah bersama permaisurinya yaitu Gunapriya Dharmapatni yang lebih   dikenal Mahendradatta, mereka   memerintah bersama sampai tahun 1001 M, karena pada tahun itu Mahendradatta meninggal. Udayana meneruskan pemerintahannya     sampai tahun 1011 M. Udayana memiliki 3 orang anak yaitu :  Airlangga, Marakata, dan Anak Wungsu. Karena Airlangga menjadi menantu Dharmamangsa di Jawa Timur, maka yang menggantikan Udayana adalah Marakata.
         Raja Marakata (1011-1022) bergelar Dharmawangsawardhana Marakata Pangkajasthana Uttunngadewa , ia dianggap  sebagai kebenaran hukum yang selalu memerhatikan & melindungi rakyat, maka ia disegani & ditaati oleh rakyatnya. Pengganti Marakata ialah Anak Wungsu.
         Anak Wungsu (1049-1077) adalah raja yang paling banyak meninggalkan prasasti (kurang lebih 28 buah prasasti)     dan ia berhasil mewujudkan kerajaan yang damai, aman, dan sejahtera. Anak Wungsu  dianggap oleh rakyatnya sebagai penjelmaan Dewa Hari (Dewa kebaikan), dan masa pemerintahannya gemilang. Anak Wungsu berhasil membangun kompleks percandian di Gunung Kawi, dan setelah ia meninggal, ia didharmakan di candi tersebut.
         Raja Jayasakti (1135-1150), pada  saat itu agama Buddha,   Siwaisme, dan Waisnama             berkembang dengan baik, dan     ia disebut sebagai penjelmaan Dewa Wisnu. Kitab undang-undang yang berlaku pada saat itu adalah Utara Widdhi Balawan & Raja Wacana/Rajaniti.
         Raja Jayapangus (1177-1181) yang dianggap sebagai penyelamat rakyat yang terkena malapetaka karena melalaikan ibadah, ia mendapat   wahyu dari dewa untuk mengajak  rakyat mengadakan ritual agama             yang sekarang dikenal dengan  Upacara Galungan. Kitab yang digunakan adalah kitab Mana Wakamandaka.
Setelah Jayapangus, Bali diperintah oleh raja-raja yang lemah. Bali kemudian berhasil ditaklukan oleh Gajah Mada dan menjadi wilayah kekuasaan Malapahit.

Kehidupan Sosial Ekonomi


Structure masyarakat pada masa Kerajaan Bali Kuno sesuai dengan kebudayaan Hindu India.
Yaitu dengan sistem kasta yang disebut caturwarna. Untuk masyarakat yang diluar kasta disebut budak / njaba.
Kegiatan perdagangannya pun sudah cukup maju. Dibeberapa desa terdapat golongan saudagar yang disebut wanigrama dan wanigrami. Mereka memiliki pejabat yang mengurus kegiatan perdagangan yang disebut banigrama/banigrami

KEHIDUPAN BUDAYA

Masuknya kebudayaan Hindu-Buddha ke Bali berpengaruh besar pada masyarakatnya, agama Hindu diBali telah bercampur dengan adat-istiadat sehingga Hindu khas Bali disebut Hindu Dharma.
Agama Buddha juga berkembang walau tak sepesat agama Hindu.Karena dapat diketahui dari jumlah pendeta Hindu yang bergelar dang acarrya lebih bayak daripada pendeta agama Buddha yang bergelar dang upadhyaya.
Di bidang budaya berkaitan dengan kehidupan keagamaan dapat dilihat dari bangunan peninggalan masa kuno seperti Candi Padas di Gunung Kawi dan Pura Agung Besakih
Agama Hindu dan Buddha dapat hidup berdampingan seacara damai menunjukan adanya toleransi yang tinggi dalam masyarakat Bali.